Kamis, 17 Februari 2011

TINGKAT STRESS DI LINGKUNGAN REMAJA


PENDEKATAN TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN
a.               Arousal Theory (Teori Arousal)
Arousal memiliki arti harfiah yang berarti pembangkit. Pembangkit yang berarti  gairah atau emosi individu untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya saja saat kita kuliah pada mata pelajaran yang tidak menyenangkan, atau materi yang tidak kita suka. Maka secara otomatis kita akan mengantuk atau merasa lelah lebih cepat. Hal itu dapat diartikan bahwa kita tidak memiliki arousal untuk mata kuliah tersebut. Sedangkan kaitannya dengan Psikologi Lingkungan adalah, saat arousal seseorang itu rendah maka kinerja dari orang tersebut menurun, dan sebaliknya saat makin tinggi tingkat arousal seseorang maka semakin tinggi pula konerja nya.
b.               Teori Beban Lingkungan
Asumsi dari teori ini adalah, bahwa manusia memiliki pemrosesan informasi yang terbatas. Menurut Cohen (Fisher, 1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995), asumsi tersebut adlaah: 1. Bahwa manusia memiliki kapasitas pemrosesan informasi yang terbatas. 2. Jumlah Atensi yang diberikan orang tidak konstan, namun lebih kepada kesesuaian dengan kebutuhan. 3. Ketika informasi yang masuk berlebih, maka perhatian tidak akan bekerja secara maksimal. 4. Stimulus yang masuk akan dipantau, jika stimulus tersebut memiliki makna dan diperhatikan maka aka nada pemrosesan lebih jauh, namun jika tidak akan langsung dibuang atau tidak ada pemrosesan lebih lanjut.
c.               Teori Hambatan Perilaku
Asumsi dari teori ini adalah stimulasi yang berlebihan menyebabkan terjadinya penghambatan dalam memproses informasi. Sehingga berakibat hilangnya control dari individu terhadap situasi. Menurut Brehm dan Brehm (dalam Veitch & Arkkelin, 1995), awal saat kita merasakan hilang kendali atau control terhadap lingkungan, maka mula-mula kita akan merasa tak nyaman dan berusaha untuk menekankan kembali fungsi kendali kita. Hal ini disebut dengan fenomena psychological reactance.
d.               Teori Tingkat Adaptasi
Teori ini memiliki kemiripan dengan teori beban lingkungan, yang dimana stimulus yang tinggi maupun rendah memiliki dampak negative bagi perilaku individu. Namun nilai lain dari teori ini adalah pengenalan tingkat adaptasi pada individu, misalnya tingkat arousal atau adaptasi individu terbiasa dengan keadaan lingkungan atau tingkat pengharapan suatu lingkungan tertentu. Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) membagi 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan: 1. Intensitas, yang berhubungan dengan kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi psikologis individu. 2. Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru sedkitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan informasi. Jika berlebih maka dapat terjadi yang dinamakan overload dan jika terlalu sedikit maka dapat terjadi kemonotonan. 3. Keterpolaan, berkaitan dengan keteraturan suatu pola sehingga dapat atau tidak dapatnya diprediksi oleh individu. Semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individu, dan begitupun sebaliknya.
e.               Teori Stress Lingkungan
Teori in lebih menekankan pada peran fisiologi, kognisi maupun emosi dalam usaha manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Stress dapat terjadi saat respon stress atau beban melebihi kapasitas tingkat optimal. Hal yang dapat membuat individu menjadi stress disebut dengan stressor. Namun individu memiliki hal yang disebut dengan coping. Jika sumber-sumber coping tersebut habis maka dapat terjadi exhausted atau yang biasa kita sebut dengan kelelahan (Selye dalam Veitch & Arkkelin, 1995).


METODE PENELITIAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN
a.               Studi Korelasi
Seorang peneliti dapat menggunakan variasi dari metode korelasi, jika seorang peneliti berminat untuk memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi (Veitch & Arkkelin, 1995). Studi ini menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan atau peristiwa yang terjadi di alam nyata tanpa dipengaruhi oleh pengumpulan data. Namun sesempurna apapun suatu studi juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari studi kasus adalah lemahnya validitas internal, berkebalikan dengan studi laboratorium yang memiliki tingkat validitas internal yang lebih tinggi, namun memliki validitas eksternal yang lebih rendah jika dibandingkan dengan studi korelasi.
b.               Eksperiment Laboratorium
Jika peneliti tertarik untuk memastikan tingkat validitas internal yang tinggi, maka studi inilah yang sangat tepat (Veitch & Arkkelin, 1995). Metode ini member kebebasan kepada peneliti untuk melakuakn manipulasi secara sistematik dengan tujuan mengurangi variable-variabel yang mengganggu. Metode ini mengambil subjeknya secara random, yang berarti semua subjek memiliki kesempatan yang sama dalam semua keadaan eksperimen. Namun kelemahan dari metode ini salah satunya adalah hasil yang diperoleh di laboratorium belum pasti dapat diterpkan di luar laboratorium.
c.               Eksperimen Lapangan
Metode ini adalah metode penengah antara Korekasi dengan Eksperiment Laboratorium. Asumsinya adalah jika peneliti ingin menyeimbangkan validitas internal yang didapat dalam eksperiment laboratorium dengan validitas eksternal yang didapat dari studi korelasi. Dalam metode ini peneliti tetap melakukan manipulasi sitematis, hanya bedanya peneliti juga harus member perhatian pada variable eksternal dalam suatu seting tertentu.
d.               Teknik-Teknik Pengukuran
Beberapa disajikan beberapa contoh tekhnik pengukuran dengan keunggulannya masing-masing, antara lain mudah dalam scoring, administrasi maupun dalam proses pembuatannya. Antara lain  :
·            Self-report
·             Kuisioner
·             Wawancara atau Interview
·            Skala Penilaian

CONTOH  KASUS
“ TINGKAT STRESS DI LINGKUNGAN REMAJA”
Ada seorang remaja yang mencoba bunuh diri di mall akibat putus cinta atau Seorang remaja ditemukan gantung diri akibat gagal dalam UAN. Mungkin dari kedua kasus tersebut sekarang ini sudah sering kita dengar baik itu di media cetak maupun elektronik. Jika kita telaah secara rinci kebanyakan dari hal-hal tersebut dikarenakan oleh faktor llingkungan ataupun stress tang berasal dari dirinya sendiri.
Hidup manusia ditandai oleh usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik fisik, mental-emosional, material maupun spiritual. Bila kebutuhan dapat dipenuhi dengan baik, berarti tercapai keseimbangan dan kepuasan. Tetapi pada kenyataannya seringkali usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut mendapat banyak rintangan dan hambatan.
Tekanan-tekanan dan kesulitan-kesulitan hidup ini sering membawa manusia berada dalam keadaan stress. Stress dapat dialami oleh segala lapisan umur.
Stress dapat bersifat fisik, biologis dan psikologis. Kuman-kuman penyakit yang menyerang tubuh manusia menimbulkan stress biologis yang menimbulkan berbagai reaksi pertahanan tubuh. Sedangkan stress psikologis dapat bersumber dari beberapa hal yang dapat menimbulkan gangguan rasa sejahtera dan keseimbangan hidup.
Sumber stress dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk:
1. Krisis
Krisis adalah perubahan/peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan keseimbangan seseorang diluar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari. Misalnya: krisis di bidang usaha, hubungan keluarga dan sebagainya.
2. Frutrasi
Frustrasi adaah kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan/dorongan naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frutrasi timbul bila niat atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan (dari luar: kelaparan, kemarau, kematian, dan sebagainya dan dari dalam: lelah, cacat mental, rasa rendah diri dan sebagainya) yang menghambat kemajuan suatu cita-cita yang hendak dicapainya.
3. Konflik
Konflik adalah pertentangan antara 2 keinginan/dorongan yaitu antara kekuatan dorongan naluri dan kekuatan yang mengenalikan dorongan-dorongan naluri tersebut.
4. Tekanan
Stress dapat ditimbulkan tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggungnya. (Dari dalam diri sendiri: cita-cita, kepala keluarga, dan sebagainya dan dari luar: istri yang terlalu menuntut, orangtua yang menginginkan anaknya berprestasi).
Akibat stress tergantung dari reaksi seseorang terhadap stress. Umumnya stress yang berlarut-larut menimbulkan perasaan cemas, takut, tertekan, kehilangan rasa aman, harga diri terancam, gelisah, keluar keringat dingin, jantung sering berdebar-debar, pusing, sulit atau suka makan dan sulit tidur). Kecemasan yang berat dan berlangsung lama akan menurunkan kemampuan dan efisiensi seseorang dalam menjalankan fungsi-fungsi hidupnya dan pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai macam gangguan jiwa.
Reaksi seseorang terhadap stress berbeda-beda tergantung dari:
1. Tingkat kedewasaan kepribadian
2. Pendidikan dan pengalaman hidup seseorang

Reaksi psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stress:
1. menghadapi langsung dengan segala resikonya.
2. menarik diri dan tak tahu menahu tentang persoalan yang dihadapinya/lari dari kenyataan.
3. menggunakan mekanisme pertahanan diri.

Jika kita kupas dari sudut pandang teori tentang lingkungan :
Teori Arousal
Dari teori yang diterjemahkan sebagai penyemangat atau arousal ini mungkin remaja pada jaman sekarang yang kekurangan perhatian dari orang tua yang identik dengan kesibukan pekerjaan dan kepentingan masing-masing.
Teori beban lingkungan
Dari latar belakang yang ada, remaja zaman sekarang yang sudah semakin maju namun terlalu erat dengan pergaulan bebas mengemban tugas yang berat bagi usia remaja yang masih membutuhkan sedikit waktu luang yang seharusnya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan terkesan sedikit santai sehingga tidak terlalu berat beban yang menyebabkan stres.
Teori hambatan perilaku
Adanya hambatan perilaku yang terhalangi oleh faktor-faktor tertentu yang biasa diakibatkan faktor eksternal yangh menyebabkan stres pada remaja.
Teori tingkat adaptasi
Remaja yang sulit untuk beradaptasi dan sulit mengaktualisasikan dirinya akan cenderung introvert dan mengalami stres.

SUMBER

Senin, 14 Februari 2011

PENGARUH POLUSI UDARA TERHADAP KESADARAN MASYARAKAT PADA LINGKUNGAN


A.                  LATAR BELAKANG

Sebelum membahas secara mendalam mengenai Psikologi lingkungan, Alangkah baiknya kita mulai dari hal yang melatarbelakangi psikologi lingkungan itu sendiri.  Dimulai dengan memperkenalkan field theory (teori medan) seorang tokoh yang bernama Kurt Lewin mengambil langkah awal dari teori yang mempertimbangkan antara interaksi lingkungan dengan manusia.Beliau mengatakan bahwa tingkah laku merupakan fungsi dari pribadi dan lingkungan.
Dalam kaitan antara lingkungan dengan perilaku manusia Veitch & Arkkelin pada tahun 1995 menyatakan bahwa kita dapat menyebut sejumlah teori dimana dalam perspektif ini, yang terlibat di dalamnya antara lain adalah geografi, biologi ekologi, behaviorisme, dan psikologi Gestalt.
Munculnya psikologi lingkungan atau yang biasa disebut dengan environmental psychology ini pada tahun 1968 dengan berbagai definisi dari para tokoh. Yang bisa dijabarkan secara singkat yaitu psikologi lingkungan dapat diartikan sebagai  ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam.

B.                  LINGKUP PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Menurut Proshansky pada tahun 1974, Ruang lingkup psikologi lingkungan lebih menekankan pembahasan terhadap rancangan, organisasi dan pemaknaan, serta lingkup lain yang bervariasi. Beliau melihat bahwa lingkup psikologi lingkungan member perhatian pada manusia,tempat serta perilaku dan pengalaman-pengalaman manusia dengan hubungannya dengan setting fisik.
Sosiologi yang muncul pada tahun 1970 merupakan cabang yang amat dekat dengan psikologi lingkungan. Jenis-jenis lingkungan di dalam psikologi lingkungan (Sarwono, 1992) adalah: Lingkungan alamiah seperti lautan dan hutan, Lingkungan buatan/binaan seperti jalan raya dan taman, Lingkungan social seperti tempattinggal ataupun pasar, dan Lingkungan yang dimodifikasi tentunya.

C.                  AMBIENT CONDITION DAN ARCHITECTURAL FEATURE

Dalam hubungannya dengan lingkungan fisik Wrighstman dan Deaux 1981 membedakan dua bentuk kualitas lingkungan: Ambient Condition: Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, cahaya, warna, kualitas udara, temperature dan kelembapan. Dan Architectural Features: Yang bersifat permanent, misalnya dalam suatu ruangan yang termasuk didalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai atap serta pengaturan perabot dan dekorasi. Misalnya dalam  gedung itu yang meliputi lay out tiap lantai, design, dsb.

D.                 KASUS

PENGARUH POLUSI UDARA TERHADAP KESADARAN MASYARAKAT PADA LINGKUNGAN.

                        Dewasa ini lingkungan kita yang sangat indah sedikit demi sedikit mulai ternodai oleh berbagai polusi udara yang ada pada saat ini dan cenderung terjadi akibat ulah dari manusia atau masyarakat kita sendiri.
                        Dari mulai hal yang kecil dapat berdambak besar bagi lingkungan kita ini, misalnya polusi yang terjadi akibat berbagai macam hal seperti  rokok yang asapnya sangat merugikan diri masyarakat kita maupun dampak yang paling fatal yaitu merusak lapisan ozon yang ada didunia ini, asap kendaraan bahkan limbah industri yang berasal dari pabrik-pabrik juga berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat.
                        Kita tidak menyadari banyaknya bangunan-bangunan besar yang didirikan dikota besar yang justru akan memperkecil penyerapan air yang ada dilikngkungan sekitar.
Sebagai masyarakat, kita sering tidak peka terhadap keadaan lingkungan yang semakin memburuk ini. Padahal kita bisa mengubah semuanya ini dengan kesadaran yang ditimbulkan dari setiap diri masyarakat kita.
                        Seharusnya dengan rasa cinta diri sendiri dan tentunya lingkungan disekitar kita, bukan bermaksud membanding-bandingkan Negara kita dengan Negara-negara tetangga. Tapi, kenyataan itu jelas terlihat dari tingkat kebersihan dan yang paling utama tingkat kesadaran yang ada pada setiap individunya yang sangat menjaga lingkungan disekitarnya.


Dari kasus diatas apabila dikupas berdasarkan psikologi lingkungan, terdapat Faktor Internal yang bisa diambil  belum adanya kesadaran masyarakat mengenai keselarasan antara lingkungan dengan individu dari setiap diri masyarakat itu sendiri.  Dalam kehidupan bermasyarakat, kita juga sangat mendapatkan pengaruh faktor eksternal, yakni faktor perilaku kepedulian sesama dan faktor kehormatan.
1.                  Kepedulian atau caring for, faktor diperhitungkan keberadaan kita; selengkapnya faktor eksternal yang kita harapkan adalah caring, loving and belonging within the society where one belongs.
2.                  Kehormatan atau sikap esteem,mulai dari self-esteem, kehormatan diri antarsesama (lihat Maslow 1970).
Tuhan menciptakan manusia dengan segenap perangkat dan pengada agar selalu berupaya meningkatkan kesejahteran hidupnya. Oleh karena itu kita dikatakan Emil Salim (1986) dalam melaksanakan pembangunan dengan meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah, sebenarnyalah manusia telah melaksanakan ibadah sebagaimana diperintahkan oleh pencipta-Nya. Jadi pembangunan bersumber pada pengabdian serta pendekan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk lainnya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Tuhan untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan.Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja, melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan yang merugikan lainnya termasuk merusak bumi kita dengan hal-hal yang tidak disadari seperti polusi udara akibat ulah manusia.

Sumber :